Seringkali ketika kita melihat orang lain begitu mudah menyikapi apa yang tengah menimpa hidupnya. Hal itu kadang tersirat ketika kita mencoba membandingkan taraf kehidupan yang kita alami dengan apa yang orang lain tersebut sedang alami. Tapi apakah yang kita pikirkan selalu benar?. Kebanyakan tidak, kita seringkali cuma melihat dari luarnya saja tanpa bertanya kepada yang bersangkutan, dan muncullah kesimpulan yang kita buat sendiri.
Hal ini seringpula aku rasakan dan alami. Ketika ada satu hal yang tengah menimpaku (baca : problem, masalah, ujian, musibah, dan semacamnya), seringkali aku melihat orang lain sebagai bahan perbandingan. Secara tidak langsung begitu, dan selalu diawali dengan pertanyaan “Kenapa aku?”. Dalam hal apapun aku selalu menyikapi dan “mbombong” diriku sendiri dengan hal-hal yang positif, dari segala sudut pandang pula. Secara logika, secara hati, secara fakta, secara awam, dan yang terpenting secara Agama. Adakalanya pula kita perlu melihat keatas dan kebawah. Dengan cara-cara yang seperti itu al hasil, aku menjadi orang yang benar-benar sok bijak. Terkadang muak, tapi melihat situasi dan kondisi yang ada, mau atau tidak kita harus menerimanya dengan lapang dada.
Nah, itu dia. Seringkali menyikapi itu akan menjadi sangat mudah jika kita tahu ilmunya, tapi bagaimana kita menerimanya?, belum tentu kita bisa. Hati ini terlalu sensitif untuk hal-hal demikian. yang jelas untuk bisa menyikapi dan menerima semuanya harus seimbang antara akal dan hati. Ikhlas, tawakkal dan tetap istiqomah di jalanNya. it’s Called IMAN. CMIIW 🙂
setuju. IKHLAS dan tawakal dapat menentramkan hati saat kita sedang dilanda masalah dan tentu saja harus segera menyelesaikan masalah itu
setuju juga, soalnya masalah jika tidak diselesaikan akan segera datang lagi yang lainnya seiring berjalannya waktu, jadi cepat diselesaikan cepet tuntas, hadapi masalah yang baru lagi.
nah itulah…. banyak orang gamang kebawa emosi… jadi penyikapannya jug pake emosi…
semoga kita termasuk orang yang ber akal…
jad menyikapinya gak pake emosi…
Yah, kita (maksudnya aku) terkadang sulit menerima kondisi diri dan menganggap orang lain lebih beruntung. Salah ya? HPadahal ga pernah puas itu berarti ga bersyukur…duh jangann deh!
setuju, ikhlas dan tawakal, lalu berani maju terus adalah sikap yg terpuji.
salam.
Ternyata kebahagiaan hidup manusia tergantung pada konsep/persepsi keTuhanan manusia itu sendiri. Yang ujungnya adalah ikhlas menjalaninya.
semuanya back to iman
pertanyaan kenapa aku, tak jarang membuat langkah kita tersendat, lebih berat lagi bisa menggugat yang maha kuasa
Percayalah, ketika kita berhasil mengatasai ujian itu.. derajat kita naik 1 tingkat di mata Tuhan
IKHLAS . . .IKHLAS aja deh aku mah
Ikhlas….Bagi Bendol mudah diomongin, tapi sulit dijalani.
Dengan ikhlas…semua pasti lancar
Makasih atas sharingnya bro…
🙂
Salam
Setuju Gan 🙂
setubuh gan 😀
ikhlas satu kata yang sulit dilaksanakan jika ndak punya ilmunya.
ikhlas, meskipun sulit, tapi kalo udah bisa ikhlas, segalanya akan mudah dijalani.
Ikhlas, tawakkal dan tetap istiqomah <<<< resep manjur. Mantap.
Salam
ALRIS
semua orang itu udah ada jalannya sendiri2 kok.. yang blm berhasil hari ini, siapa tau berhasil besok. semangat! 😀
sayangnya saya belum punya ilmu untuk belajar menyikapi
tetap bersyukur, kadang sulit memang jika berada di posisi yang kurang menguntungkan. tapi selalu bersyukur mengarahkan untuk ikhlas. iya ga sih?
ada yang bilang katanya “pelajarilah ilmu ikhlas.. sampai kau temukan kebaikan di dalamnya.. ” hayo sapa tuh yang bilang kayak gitu?? .. 😛
Nice post. Angel suka..
hm…dilumat aja dalem hati…
nanti hancur kok..
pake…
“ga usah terlalu memikirkan hal itu”
itulah hal termudah untuk melumatnya…
Kalo orang jawa bilang. “wöng urip kuwi wang sinawang”. Iy ga? Hi hi