Musik Angklung di Malioboro : Memelihara tradisi atau sekedar “ngamen”

14 07 2014

Malioboro

Siapa yang tidak tahu Malioboro? Yapp, Jogjaaa..  Malioboro bisa di identikkan dengan identitas jogja itu sendiri. Karena setiap orang yang mendengar kata Malioboro, pasti akan langsung teringat dengan Jogjakarta. Aku sendiri sudah sekitar satu tahun ini tinggal di jogja (tapi sudah beberapa tahun keluyuran disini :D), beberapa waktu itu pula rasanya jika mengunjungi jogja tak lengkap kalau belum melewati jalan ini. Berdasarkan situs disini, jalan satu arah dengan panjang jalanan sekitar 1,7 KM ini adalah jalanan yang selalu ramai lalu lalang. Terlebih pada malam minggu atau malam-malam libur, terutama libur-libur sekolah.

Jika anda jalan-jalan di malioboro pada malam hari, pasti anda akan melalui beberapa spot kerumunan dengan alunan musik rancak, bukak sithik jossss. Nah, itu dia point nya, apa yang sebenarnya selalu terbersit di pikiranku, apa hubungannya kelompok-kelompok musik tersebut dengan malioboro atau budaya jogja itu sendiri? Karena menurut ku tidak ada hubungannya sama sekali 😀 Mereka hanya meramaikan saja. Yapp, mereka hanya sekedar “ngamen”. Musik yang mereka bawakan juga musik-musik dengan irama “bukak sithik joss” dan menurutku keberadaan mereka terlepas dari kebutuhan “ngamen” mereka adalah tidak penting.

Itu pendapatku, dan alasannya adalah malioboro sendiri sudah terlalu crowded dengan tata jalanan yang sedemikian rupa, sehingga keberadaan mereka hanya membuat jalanan tambah macet dan tidak teratur dan kalau ngomongin budaya, musik mereka sama sekali tidak mencerminkan budaya jogja sendiri.

Kelanjutannya dengan judul yang berbeda…


Actions

Information

One response

6 10 2014
kishandono

Semut pasti ngerumunin gula, kalo ada keramaian pasti banyak juga orang yang mencoba mengambil peruntungan dari keramaian itu

Leave a comment